Pelabuhan Penyeberangan Ulee Lheue |
Setelah beberapa hari terkagum dengan semaraknya Pekan Kebudayaan Aceh
ke-6 di kota Banda Aceh dan menatap indahnya sunset di pantai Lhampuuk,
Perjalanan Komunitas Telusur Alam berlanjut ke Pulau Weh Pemerintahan
Kota Sabang tempat dimana titik nol kilometer Indonesia terletak.
Raut
tak berseri biasan kelelahan mampu terkikis oleh desiran ombak pelabuhan
penyeberangan Ulee Lheue yang ditempuh selama 15 menit dari pusat Kota
Banda Aceh. Belaian angin laut yang menyisir wajah dan rambut kusam 2
dua pecinta alam ini mampu memberikan semangat untuk dapat menapakkan
kaki di pulau terluar paling barat Indonesia.Menunggu
selama lebih kurang 1,5 jam sejak tiba pada pukul 14.00 WIB di
pelabuhan penyeberangan ulee lheue tidak membuat semangat mengendur atau
merasa jenuh. Pembicaraan kecil yang menyenangkan bersama beberapa
calon penumpang kapal lainnya yang baru dikenal mampu mempersingkat
penantian tersebut. Obrolan yang tampak akrab tersebut diakhiri saat
sebuah kapal berukuran besar tampak memasuki area perairan pelabuhan.
Tatapan mata tak berkedip memandang kendaraan laut tersebut yang
nantinya akan mengangkut mereka menuju salah satu destinasi wisata
Indonesia. Binaran mata pun semakin berkilau saat kapal merapatkan
tubuhnya ke dermaga. Puluhan sepeda motor diikuti mobil serta beberapa
truk pengangkut barang satu per satu keluar dari badan kapal diiringi
ratusan penumpang yang berserakan melintasi jembatan perantara kapal
dengan dermaga pelabuhan. Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk
mengosongkan penumpang yang datang dari pulau weh tersebut.
Berada dibarisan depan antrian penumpang yang ingin berangkat menuju
pulau weh dengan salah satu pengangkutan umum yang diberi nama KMP-BRR
ini, mereka masuk dengan santai. Penampilan khas ala pengembaran era
modern menjadi perhatian tersendiri bagi beberapa Anak Buah Kapal (ABK)
dan pegawai Dinas Perhubungan yang bertugas dipintu masuk kapal.
Kepercayaan diri yang tinggi mengacuhkan mata-mata yang tertuju pada
mereka. Setelah memarkirkan kendaraan pada posisi parkir yang diarahkan
oleh petugas parkir kapal, mereka langsung menjajaki tangga yang menuju
ke ruangan penumpang. Tampak tak selera dengan barisan kursi penumpang
yang diselimuti dinding baja dan atap rendah yang dapat digapai dengan
ujung jari dilantai dua badan kapal, mereka menyisir sisi kanan kapal
menuju tangga berikutnya untuk naik ke lantai tiga yang lebih nyaman
karena hanya ada pagar pembatas tanpa dinding dan atap.
Tak disadari barisan antrian ratusan penumpang dan kendaraan yang
tadinya memadati area parkir pelabuhan telah berpindah tempat ke dalam
kapal. Tak lama kemudian, tepat pukul 15.30 WIB, klakson kapal pun
mengaum, menandakan kapal akan segera berangkat. Seluruh ABK tampak
bersiap menutup pintu kapal. Petugas pelabuhan pun melepaskan tali kapal
yang ditautkan ke dermaga. Berlahan gerakan kapal mulai terasa. Gemuruh
air yang dihantam gerakan baja ini pun mulai riuh terdengar. Dengan
senyuman dan mata tetap menatap kedermaga, mereka meninggalkan Kota
Banda Aceh menuju Pulau Weh, Kota Sabang.
Bersandar pada pagar pembatas, mereka terbuai oleh belaian angin laut
bersama deru ombak yang mendesir. Sesekali suara camar laut menghibur
telinga. Beberapa obrolan lembut penumpang lainnya mengiringi getaran
suara mesin kapal.
Satu jam limabelas menit pelayaran telah mengatarkan mereka merapat ke
pulau weh. Hijaunya pepohonan di tepian pulau mulai tampak melambai
menyambut kedatangan mereka. Barisan rumah penduduk pesisir pantai
berdiri tegak mengawal hadirnya dua petualang ini. Pukul 17.30 mesin
kapal tak terdengar lagi menandakan kapal telah berlabuh di pelabuhan
Balohan Kota Sabang. Seluruh penumpang membenahi barang-barangnya dan
bersiap meninggalkan KMP-BRR ini. Mereka pun telah siap untuk melangkahi
titian jembatan baja yang menghubungkan kapal dengan dermaga pelabuhan
dan menapakkan kakinya di Kota Sabang. Kepuasan batinpun terwakili
melalui senyuman ikhlas dengan mata berbinar yang menatap sebuah Baliho
besar bertuliskan “WELCOME TO SABANG”.
Posting Komentar